Eko Cahyono dan Perpustakaan Kampung


Pemuda hebat yang sangat mencintai buku ini adalah gambaran sosok generasi muda yang ikut berperan serta membantu mencerdaskan masyarakat lewat perpustakaan yang ia dirikan sendiri di Desa Sukopuro Kecamatan Jabung dan diberi nama “Perpustakaan Anak Bangsa”. Eko memang sangat hobi membaca yang mulai mengumpulkan koleksi tabloid-tabloidnya yang mencapai sekitar 400-an. 

Perjuangan Eko dimulai pada tahun 1998, dimana ia membangun perpustakaan kecil-kecilan di rumahnya. Semula ia menarik minat baca orang di kampungnya dengan majalah dan tabloid dewasa, seperti Liberty serta Popular. Untuk mendapatkan tambahan koleksi, ia mencari sumbangan buku-buku dari rumah ke rumah. Karena koleksi bukunya terus bertambah, Eko akhirnya harus mengontrak tempat untuk bisa menampung buku-bukunya yang bertambah banyak. Membangun perpustakaan itu pun ternyata tidak mudah, karena semakin hari yang datang ke rumahnya bertambah banyak. Ia bahkan harus pindah sembilan kali untuk mendapatkan lokasi sekarang. Bahkan mereka nyaris digrebek aparat kampung karena setiap malam banyak anak berkumpul di tempatnya, yang disangka berbuat mesum atau hal-hal negatif lainnya.

Bangunan Perpustakaan anak bangsa sangat sederhana, hanya memiliki satu ruangan berukuran sekitar 6 x 12 meter. Kesederhanaan nampak dari dinding bambu dan atap asbes sebagai pelindung dari hujan dan panas mentari. Memasuki bagian dalam bangunan perpustakaan, jangan berharap menemukan meja kursi baca yang nyaman. Bahkan, lantai perpustakaan itu masih berlantai tanah. Namun, supaya nyaman, sang pustakawan yang hanya tamatan SD ini  menutupi lantai tanah itu dengan karpet merah yang telah usang. Meskipun bangunannya memprihatinkan, ternyata Anak Bangsa memiliki koleksi buku yang cukup lengkap, terdiri dari buku, majalah, tabloid, kamus, ensiklopedi, buku pengetahuan umum, pelajaran sekolah sastra, hingga komik untuk anak-anak. Anggota Perpustakaan Anak Bangsa mencapai Dinoyo (kota Malang), Merjosari, termasuk beberapa mahasiswa Brawijaya. PAB melayani semua desa di seluruh Kabupaten Malang karena 99 persen sekolah tidak memiliki perpustakaan. Jumlah anggota perpustakaannya kini sekitar 8.000 orang, dengan 2.000 orang di antaranya adalah pelajar. Mereka juga terdiri atas pekerja pabrik, guru, dan ibu rumah tangga. Selain bisa meminjam gratis, Anak Bangsa juga buka 24 jam sehari, senin - minggu dan tidak pernah tutup asal Eko masih belum tidur. 

Motivasinya yang sangat besar untuk mempertahankan perpustakaan kampungnya adalah agar anak-anak di kampung yang memiliki banyak waktu luang bisa pintar tanpa harus sekolah. Ia juga ingin membudayakan membaca kepada mereka. Niat luhur ini harus jadi motivasi bagi setiap anak bangsa yang ingin berbuat sesuatu untuk memajukan  negri ini.

Komentar